
Blog Detail
Strategi Menghadapi Badai Fiskal dampak KRIS,iDRG & KRBC: 7 Poin Penting Asset Life Cycle Management (ALCM) untuk Rumah Sakit Indonesia

Oleh: INSPIRY INDONESIA KONSULTAN
(Strategic Expert in Healthcare Transformation)
Pendahuluan
Bukan Sekadar Pengelolaan Aset – Ini adalah Masa Depan Keuangan dan Layanan Kesehatan Rumah Sakit Anda!
Dalam lanskap kesehatan Indonesia yang terus berkembang, kita dihadapkan pada gelombang perubahan regulasi KRIS, iDRG, dan KRBC — yang membawa dampak signifikan terhadap stabilitas fiskal dan model bisnis rumah sakit.
Salah satu area krusial yang sering terabaikan, namun justru menjadi penentu keberlanjutan rumah sakit, adalah Asset Life Cycle Management (ALCM).
Bukan rahasia lagi, baik RS BLU/BLUD maupun RS swasta, kini berada di bawah tekanan fiskal luar biasa. Sistem KRIS (Kelas Rawat Inap Standar), iDRG (Indonesia Diagnosis Related Group), dan KRBC (Klaim Rawat Jalan Berdasarkan Case-Mix) bukan sekadar akronim baru — tetapi game-changer yang mendefinisikan ulang model pendapatan dan biaya operasional.
Lalu, bagaimana memastikan setiap aset – dari gedung hingga Alkes KJSU (Kritis, Mahal, Sangat Esensial, dan Berisiko Tinggi) – tidak hanya berfungsi optimal, tetapi juga memberikan nilai ekonomi sepanjang umur pakainya?
Jawabannya: implementasi Asset Life Cycle Management (ALCM) yang solid.

7 Poin Kunci Asset Life Cycle Management (ALCM) untuk Rumah Sakit di Era Tekanan Fiskal
1. Memahami ALCM: Lebih dari Sekadar Inventarisasi – Ini adalah Perjalanan Strategis
Banyak yang mengira ALCM hanya sekadar daftar aset. Padahal, ALCM adalah pendekatan holistik dan strategis dalam mengelola aset fisik dari “buaian hingga liang lahat” – mulai dari perencanaan, pengadaan, operasi, pemeliharaan, hingga penghapusan.
Poin Penting:
ALCM bukan sekadar tugas teknis. Ini adalah filosofi manajemen terintegrasi antara keuangan, operasional, dan strategi rumah sakit untuk:
Memaksimalkan nilai aset
Mengurangi risiko
Meminimalkan Total Cost of Ownership (TCO)
(Sumber: www.inspiryconsultant.com)
2. Mengapa ALCM Kritis di Era KRIS, iDRG, dan KRBC?
Sistem pembayaran baru membatasi pendapatan rumah sakit, sementara biaya operasional terus meningkat. Di sinilah ALCM menjadi tulang punggung keberlanjutan finansial.
KRIS: Standarisasi kelas rawat inap menekan diferensiasi harga → efisiensi operasional menjadi kunci.
iDRG & KRBC: Mendorong efisiensi setiap tindakan medis → Alkes yang optimal mempercepat diagnosis, mengurangi komplikasi, dan meningkatkan efisiensi klaim pendapatan.
Poin Penting:
ALCM yang baik memastikan efisiensi klinis dan operasional yang berdampak langsung pada profitabilitas rumah sakit.
3. Tahapan Krusial dalam Siklus Hidup Aset – Peluang Berhemat dan Berinovasi
Setiap tahapan ALCM membuka peluang optimasi:
Perencanaan: Rencanakan berdasarkan kebutuhan riil dan TCO, libatkan tim klinis & finansial.
Pengadaan: Evaluasi harga, umur ekonomis, dan layanan purna jual.
Operasi: Pastikan penggunaan sesuai SOP – pelatihan staf adalah investasi, bukan biaya.
Pemeliharaan: Terapkan preventive & predictive maintenance untuk mengurangi downtime.
Penghapusan: Tentukan waktu ideal penggantian aset, optimalkan nilai sisa.
Poin Penting:
ALCM strategis dapat mengurangi TCO hingga 20–30% (Riset internal Inspiry).
4. Integrasi ALCM dengan Sistem Keuangan – “Earmarked Reserve Fund” sebagai Pilar Keberlanjutan
Paradoks klasik: rumah sakit mampu membeli Alkes miliaran, tapi kesulitan membiayai pemeliharaannya.
Solusinya: Dana Cadangan Terikat (Earmarked Reserve Fund).
Rumah sakit menyisihkan 2–5% pendapatan layanan KJSU untuk pemeliharaan dan perbaikan.
Untuk RS BLU/BLUD, dapat dimasukkan ke dalam RBA dan PSAP dengan pengungkapan di CALK sebagai internally restricted fund.
Poin Penting:
Mengubah biaya pemeliharaan dari “beban tak terduga” menjadi investasi terencana.
5. Teknologi sebagai Enabler: Digitalisasi & IoT untuk ALCM Modern
Era digital menuntut pendekatan baru.
CMMS (Computerized Maintenance Management System): Memantau jadwal, biaya, dan histori aset secara real-time.
IoT (Internet of Things): Sensor prediktif mendeteksi potensi kerusakan sebelum terjadi.
Digital Supply Chain: Memastikan ketersediaan suku cadang dan transparansi logistik.
Poin Penting:
Digitalisasi meningkatkan akurasi, efisiensi, dan uptime aset – kunci menghadapi tekanan fiskal KRIS, iDRG, dan KRBC.
6. Kolaborasi Strategis: KSO & Leasing sebagai Solusi Cerdas Akses Alkes
Tidak semua RS memiliki dana besar untuk Alkes KJSU. Solusinya: KSO dan Leasing/Pay-Per-Use.
KSO: Mitra swasta sediakan Alkes & SDM, RS sediakan infrastruktur, bagi hasil disepakati.
Leasing/Pay-Per-Use: RS membayar per penggunaan; pemeliharaan ditanggung vendor.
Poin Penting:
Model ini memungkinkan akses teknologi terkini tanpa beban Capex besar, sekaligus menjamin pemeliharaan yang optimal.
7. Kepemimpinan Visioner: Transformasi Dimulai dari Atas
Perubahan tidak akan terjadi tanpa kepemimpinan yang kuat dan berbasis data.
Data-Driven Leadership: Gunakan data ALCM untuk keputusan strategis.
Kebijakan Proaktif: Terapkan Earmarked Reserve Fund, TCO-based procurement, dan model KSO/Leasing.
People-First Leadership: Libatkan staf teknis & klinis dalam seluruh proses ALCM.
Poin Penting:
Transformasi ALCM memerlukan pemimpin visioner yang berani mengambil keputusan inovatif.
Penutup: Masa Depan Kesehatan Indonesia Ada di Tangan Anda
Tekanan fiskal dari KRIS, iDRG, dan KRBC adalah keniscayaan, namun bukan akhir dari segalanya.
Dengan implementasi Asset Life Cycle Management yang komprehensif, dukungan pembiayaan inovatif, dan pemanfaatan teknologi, rumah sakit Anda dapat bertahan, berkembang, dan memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.
Pertanyaan Reflektif untuk Pemimpin Rumah Sakit:
Dari tujuh poin ALCM di atas, mana yang paling mendesak untuk diimplementasikan di rumah sakit Anda?
Dan tantangan apa yang paling besar dalam mengintegrasikan ALCM dengan sistem keuangan serta operasional Anda saat ini?
Mari Berdiskusi dan Bertransformasi Bersama
Hartanto S. Wiryodiharjo
CEO – Inspiry Indonesia Konsultan
Hubungi kami untuk sesi Transformational Readiness Assessment (Gratis):
📧 Email: international@inspiry.asia
📱 WhatsApp: +62 877 6777 1778
🌐 Website: inspiryconsultant.com/id/inspiryadvisory
🔗 LinkedIn / Instagram / Facebook: INSPIRY INDONESIA
👤 Follow CEO: LinkedIn Hartanto S. Wiryodiharjo
Catatan Kaki:
Regulasi BLU/BLUD: PP No. 23/2005, PMK No. 129/PMK.05/2020, dan Permendagri No. 79/2018.
Standar Akuntansi: PSAK 1, PSAK 16, ISAK 35, dan PP No. 71/2010.
KRIS, iDRG, KRBC: Berdasarkan UU No. 17/2023, PP No. 59/2024, dan kebijakan terkini Kemenkes & BPJS Kesehatan.
#ALCM #AssetLifeCycleManagement #HealthcareFinance #BLU #BLUD #KRIS #iDRG #KRBC #InnovativeFinancing #EarmarkedReserveFund #TCO #Leasing #KSO #DigitalisasiKesehatan #IoT #HealthcareStrategy #InspiryIndonesiaKonsultan #TransformasiKesehatan #InvestasiKesehatanIndonesia #HartantoSWiryodiharjo
