Inspiry Logo
Header Background

Blog Detail

3 Bom Waktu Investasi RS: Mengapa Alat Medis Miliaran Anda Bisa Rusak Prematur?

Inspiry12 November 2025
3 Bom Waktu Investasi RS: Mengapa Alat Medis Miliaran Anda Bisa Rusak Prematur?

Oleh: PT Inspiry Indonesia
Strategic Partner for Hospital Business Growth & Investment


💥 Di Balik Optimisme Reformasi Kesehatan, Ada “Bom Waktu” Finansial yang Mengintai

Dua tahun sejak berlakunya Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023, sektor kesehatan Indonesia memasuki fase reformasi besar. Namun, di balik optimisme itu, tersembunyi sebuah ancaman serius bagi keberlanjutan finansial rumah sakit:
kerusakan prematur alat kesehatan KJSU bernilai miliaran rupiah.

Mulai dari CT Scan, MRI, hingga USG 4D, alat-alat diagnostik vital yang dirancang untuk bertahan 10–15 tahun kini banyak yang mengalami downtime parah bahkan sebelum mencapai setengah umur manfaatnya.

Ini bukan sekadar masalah teknis.
👉 Ini adalah krisis strategis, finansial, dan keselamatan pasien.
Dan semua mata — dari Dewan Direksi hingga Direktur Utama RS — seharusnya sudah tertuju ke arah ini.


🏥 Narasi Pahit dari Garis Depan: Saat Investasi Menjadi Kerugian Ganda

Kehormatan besar bagi INSPIRYINDONESIA Konsultan untuk memoderatori Forum Nasional XV Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI 2025) di FK-KMK UGM, bertema:

“Mengamankan Investasi Kesehatan Indonesia: Strategi Pemeliharaan Alkes KJSU di Daerah dengan Akses Terbatas.”

📎 Reportase lengkap sesi Alkes FORNAS 2025 di sini

Bayangkan ini:
Kamu adalah dokter spesialis di RSUPP Betun, Malaka (NTT) atau di sebuah rumah sakit daerah di Kabupaten Batanghari.
Pasien kritis datang — butuh CT Scan segera. Tapi alat yang baru berumur 5 tahun, down.

“Biaya perbaikan alat kami mencapai setengah harga beli awal,”
ujar dr. Oktalin Kaswadie, Direktur Utama RSUPP Betun Malaka.

Fluktuasi listrik PLN memperparah situasi, memperpanjang downtime, dan menimbulkan kerugian ganda:

  • 🔻 Pendapatan RS menurun

  • ⚠️ Mutu layanan dan keselamatan pasien terancam

Dalam skema BPJS & iDRG, LOS (Length of Stay) yang memanjang langsung menekan margin operasional.

Alat rusak = pendapatan hilang.


🚨 Tiga Dinding Penghalang yang Menghancurkan Investasi Rumah Sakit

Analisis lapangan merangkum penyebab struktural kerusakan prematur Alkes KJSU ke dalam 3 dinding penghalang utama:


1️⃣ The Neglect Culture: Ketika Maintenance Dianggap “Beban”

Masalah pertama — dan paling mendasar — adalah mindset.
Banyak manajemen RS masih menganggap pemeliharaan dan kalibrasi sebagai biaya tambahan, bukan investasi dalam keselamatan pasien.

Padahal, Permenkes No. 15 Tahun 2023 sudah mewajibkan pemeliharaan rutin.
Namun di daerah, implementasinya belum merata.

📊 Riset di Kabupaten Batanghari (jurnalp4i.com) menunjukkan tingginya angka Alkes rusak karena abai pemeliharaan.

Pesan kunci untuk Direktur & Kepala Penunjang Medik:

Perubahan mindset harus dimulai dari pimpinan puncak.
Dana pemeliharaan wajib menjadi earmarked funding — terlindungi, tidak boleh “dikanibal” untuk kebutuhan lain.


2️⃣ The Investment Trap: Triliunan Capex, Opex Terlupakan

Ironi terbesar manajemen RS: triliunan rupiah dihabiskan untuk Capex (pembelian alat),
tapi Opex (pemeliharaan) sering diabaikan.

🔍 Data Kemenkeu menunjukkan pola berulang ini. Akibatnya:

  • Alat berumur 10–15 tahun rusak dalam 3–5 tahun

  • Investasi jangka panjang berubah jadi kerugian ganda

Dalam era JKN & iDRG, efisiensi adalah kunci.
RS dengan Asset Life Cycle Management (ALCM) yang baik — uptime tinggi dan biaya terprediksi — akan otomatis memiliki margin sehat.

Sebaliknya, alat rusak = rujukan keluar + LOS panjang + klaim bermasalah.


3️⃣ Ketergantungan Impor & Minimnya Transfer of Knowledge (TOK)

90% Alkes canggih di Indonesia masih impor (sumber: trade.gov).
Akibatnya, RS terikat kontrak layanan mahal dari prinsipal global dan kekurangan akses teknisi lokal untuk perawatan level tinggi.

Dampak langsung:

  • 🕒 Waktu perbaikan lambat

  • 💸 Biaya servis tak terkendali

  • ⚙️ Transfer pengetahuan teknis stagnan

Pesan untuk Principal Global:

Kemandirian alkes nasional bukan pilihan — tapi keniscayaan.
Lakukan Transfer of Knowledge (TOK), libatkan BPAFK, dan berdayakan teknisi elektromedik lokal.


🧭 3 Pilar Eksekusi: Strategi Kesehatan Visioner Menuju Keberlanjutan

Krisis ini sebenarnya peluang transformasi.
Berikut tiga langkah konkret yang bisa dilakukan RS agar investasi alatnya aman & berdaya tahan:


📍 Pilar 1: Digitalisasi & IoT = Mandat Predictive Maintenance

Saat ini, adopsi IoT untuk pemeliharaan Alkes di Indonesia <5% (data Kemenkes).
Padahal, digitalisasi memungkinkan remote monitoring & predictive maintenance — memperbaiki alat berdasarkan data prediksi, bukan menunggu rusak.

Untuk RS di daerah 3T, digitalisasi adalah jembatan penting agar teknisi pusat tidak perlu selalu turun langsung.


👑 Pilar 2: Leadership Strategis (Transformasi = 80% Kepemimpinan)

Transformasi bukan soal teknologi semata.

80% keberhasilan ada di leadership.

Contoh nyata: RSUD dr. Iskak Tulungagung.
Melalui kepemimpinan visioner dan sistem ALCM, mereka berhasil menurunkan downtime dan menjadi model nasional manajemen aset berbasis patient safety.


🤝 Pilar 3: Kemitraan Strategis yang Mengikat & Memaksa Kualitas

Pemeliharaan harus diposisikan sebagai syarat wajib akreditasi, klaim, dan due diligence.

💡 Caranya: libatkan asuransi swasta & BPJS agar hanya RS dengan kontrak pemeliharaan valid yang bisa mengajukan klaim.
Langkah ini akan menciptakan tekanan pasar yang positif dan meningkatkan efisiensi nasional.


🌱 Mengubah Narasi “Biaya” Menjadi “Keberlanjutan”

Kita tidak bisa membiarkan investasi kesehatan Indonesia tergerus oleh budaya abai.
Saatnya mengubah narasi “cost” menjadi “sustainability & patient safety.”

Kami di INSPIRYINDONESIA Konsultan percaya, potensi krisis ini justru membuka jalan menuju Transformasi Kesehatan Visioner.


🙏 Apresiasi & Kolaborasi

Terima kasih kepada:
Prof. DR. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD,
Dr. Andreasta Meliala (FK-KMK UGM),
Pak Subadri (BPAFK),
Erwin Hermanto (ASPAKI),
Nugroho Madukusumo (Philips),
dan Dr. Hendrana Tjahjadi (Kolegium Elektromedik-KKI)
atas diskusi kritis yang sangat mencerahkan di JKKI 2025.


💬 Pertanyaan Terbuka untuk Anda, Pemimpin RS

Jika kamu menghadapi tantangan serupa,
mekanisme “earmarked funding” apa yang paling realistis diterapkan di RS-mu agar dana pemeliharaan tidak pernah lagi dikanibal?

🔹 Apakah berbasis % pendapatan,
🔹 % klaim KJSU, atau
🔹 % depresiasi alat?

💭 Tulis pendapatmu di kolom komentar.
Mari wujudkan Strategi Kesehatan Visioner bersama.


PT Inspiry Indonesia Konsultan
Mitra Strategis Rumah Sakit untuk Manajemen Aset & Transformasi Digital Kesehatan
🌐 www.inspiryconsultant.com

Share this article

3 Bom Waktu Investasi RS: Mengapa Alat Medis Miliaran Anda Bisa Rusak Prematur? - Inspiry